Senin, 31 Januari 2011

Contoh TOR (Term Of Reference)

TERM OF REFERENCE
KULIAH UMUM

“ QUO VADIS INDUSTRI INDONESIA MENGHADAPI TSUNAMI NEOLIBERALISME ( ASEAN – CHINA FREE TRADE AGREEMENT ) ”

Realitas Obektif :
               Sebuah malapetaka ekonomi, ketika bangsa digadaikan oleh kebodohan yang mengatasnamakan kebijakan – kebijakan penguasa yang secara munafik berbicara atas nama keadilan dan kemakmuran, Ekonomi kerakyatan yang telah lama didenungkan oleh para founding father bangsa dengan semangat nilai luhur sosialisme, Telah didegradasikan oleh derasnya arus neoliberalisme yang diusung oleh bangsa – bangsa kapitalis, Indonesia yang dahulu permai telah terjual habis melalui pragmatisme sempit kekuasaan sementara, Ini didukung dengan regulasi – regulasi yang dibuat oleh penguasa hari ini, dengan memberikan ruang – ruang para pemilik modal asing, untuk memberikan investasi luas dalam jubah privatisasi dan globalisasi, Tak ayal kini bangsa ini telah terjajah melalui sebuah perselingkuhan senyap antara penguasa dan asing, Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, Bagaimana arah bangsa ketika kondisi – kondisi seperti ini akan terus berlanjut?

            Bermula dari persetujuan antara pemerintah dengan beberapa Negara Asean ( Singapura, Malaysia, Brunai Darusalam, Thailand, dan Myanmar ) dalam semangatnya untuk memberi kemudahaan pertukaran arus barang dengan China, Yang mengusung nilai sempit globalisasi melalui sebuah perjanjian ACFTA ( ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT  ), Namun dengan semangat itulah industri kecil menengah kini harus berhadapan langsung dengan produk – produk yang berasal dari China, Pertanyaannya adalah, Apakah kondisi ini secara nyata menguntungkan atau malah menjatuhkan perekonomian rakyat? Dan siapkah Industri – industri kecil menengah ketika harus berhadapan dengan salah satu raksasa industri yang mengusung nilai – nilai komunis? Ini akan menjadi sebuah keterpurukan ekonomi ketika kondisi seperti ini dipertahankan dan terus berlanjut, Pertumbuhan ekonomi yang diimpingkan oleh bangsa hari ini akan menjadi omong kosong dan mimpi – mimpi belaka ketika sistem yang dijalankan oleh antek – antek kapitalis dan mafia berkelay, Hanya berpihak pada asing dan korporasi – korporasi besar.

Barang-barang dari China secara luar biasa telah membanjiri Indonesia. Saat ini 17 persen impor nonmigas Indonesia datang dari China, sedang hanya 8,5 persen ekspor nonmigas Indonesia masuk ke China. Defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China ini bukanlah sekadar ketimpangan hubungan dagang, tetapi proses tergusurnya industri Indonesia oleh industri China. Diperkirakan untuk masa mendatang arus predatorik ini akan makin besar dan membahayakan. Kasus ini hanya salah satu dari banyak hal di mana pemerintah terdikte oleh ide pasar-bebas dan persaingan-bebas.

Sudah saatnya kita dengan tegas menyusun strategi nasional menuju kemandirian dan ketahanan  nasional yang tangguh. Kita pasti kalah bersaing dan jatuh tersungkur apabila tidak segera dibentuk strategi nasional secara sistematik dan jelas untuk meningkatkan daya saing, mengatasi berkecamuknya ekonomi biaya tinggi (high cost economies) dalam macam-macam bentuk destruktifnya. Telah lama industri kita dibiarkan jalan di tempat, bahkan makin keropos menjadi rongsokan. Betapa absurdnya pemerintah mudah menggelontorkan dana ke bank bobrok, tetapi sulit menolong usaha industri yang sakratul maut.

            ACFTA adalah bukti bahwa penguasa tidak berpihak pada rakyat kecil, Produk – produk cina akan terus membanjiri ruang – ruang pasar Indonesia dengan bea masuk nol persen, Produk – produk yang dihasilkan oleh industri – industri Indonesia akan kalah bersaing dengan produk Cina dengan harga kompetitif dan standar kualitas produk yang tinggi, Kondisi inilah yang menjadi letupan keruntuhan ekonomi mikro dan makro bangsa Indonesia. Tak ayal situasi ini akan menyebabkan ekonomi menuju kehancuran,  kian sempitnya lapangan pekerjaan yang ada menambah beban rakyat dengan meluasnya pengangguran, Ini merupakan problematika bangsa yang harus dihadapi dengan perjuangan antara pemikiran dan kebijakan yang nyata dan matang serta serius. Ideologi pancasila yang mengusung ekonomi kerakyatan harus diretaskan dalam binkai – bingkai kehidupan rakyat yang plural. Ini adalah jawaban atas kritis kita terhadap kebijakan neo liberalisme dalam jubah ACFTA.

            Ada tiga hal yang harus kita lakukan secara simultan: Pertama, meningkatkan kemampuan diplomasi, meraih optimal bargaining position kita, berani menolak mengorbankan  kepentingan nasional, termasuk kalau perlu menunda secara parsial pelaksanaan berlakunya FTA. Kehancuran ekonomi Indonesia toh akan tidak menguntungkan para mitra dagang luar negeri. Kedua, FTA tidak boleh mengorbankan kehidupan rakyat kita. Pelaksanaan FTA yang dipaksakan akan berubah menjadi proses pemiskinan rakyat, hal ini bertentangan dengan butir-butir MDGs, antara lain eradication of extreme poverty. Ketiga, menggugah kesadaran nasional secara luas untuk bersama-sama tidak membiarkan Indonesia terjajah secara ekonomi, tertelan oleh monster perdagangan bebas. Khususnya kita gugah kesadaran para importir Indonesia agar tidak sekadar mengimpor demi mencari untung dengan menghancurkan industri dalam negeri, agar para importir mengemban nasionalisme, tidak semata-mata menjadi komprador dan kepanjangan tangan eksportir luar-negeri sahabat-sahabat mereka. Menteri Perdagangan harus bisa mengendalikan dan menegur para importir yang tidak nasionalistik.
         
Dalam situasi di atas apakah kebijakan ACFTA itu akan tetap dilanjutkan dengan konsequensi logis bahwa kondisi tersebut akan memperparah sektor – sektor industri kecil atau bahkan membunuh ekonomi kerakyatan yang disemaikan oleh ideologi pancasila. Bagaimana Quo vadis industri Indonesia menghadapi Tsunami Neo Liberalisme dalam bingkai ACFTA? Tentunya sikap kita sebagai mahasiswa yang dituntut sebagai agen perubahan, dan merupakan gerakan moral dan gerakan politik menghadapi situasi – situasi yang akan menjadi musuh nyata bagi kita harus melakukan perlawanan secara intelektual untuk menyemaikan nilai – nilai ekonomi kerakyatan yang telah lama didengungkan oleh para pendiri bangsa.

Agenda :
KULIAH UMUM Oleh Prof. Dr Sri Edi Swasono

Target Pertemuan :
-      Membedah segala hal yang berkaitan dengan Cafta serta arah industi indonesia dalam menghadapinya.
-      Adanya kesatuan pandang tentang problematika bangsa , pergerakan kaum muda dan solusi terobosan yang cerdas,progresif dan konkrit dalam menghadapi CAFTA.
-      Terbentuknya mahasiswa  yang Ideologis, independent, progresif dan istiqomah dalam mengemban amanah perjuangan bangsa.
-      Full empowering (intellectual, potential, skill and material)  dalam aktualisasi gerak sistematik-kolektif untuk mewujudkan kedaulatan politik,kemandirian ekonomi dan berkepribadian budaya bangsa.

Waktu  dan Tempat Pertemuan :
Hari/Tanggal           :  Rabu, 17 Maret 2010
Pukul                      :  13.00 s/d 15.00 WIB
Tempat                  :  Aula STMI Lantai 7
Tema                     : Quo vadis industri Indonesia menghadapi tsunami neoliberalisme (Asean China Free Trade Agreement)
Peserta                   :  ± 500 orang

Sasaran :
± 500 Peserta.
Kegiatan ini besifat bebas, Person/Individu yang diundang merupakan Seluruh Mahasiswa, Dosen dan pihak rektorat, Dan Mahasiswa undangan atas nama personal non organisasi/institusi berdasar rekomendasi jaringan.

Kontak Person Pelaksana :
Penanggung Jawab :
Vicky Anggriawan (  )
Acara :
Daniel Supangkat (  )
Info Teknis Lokasi:
Nurman Abdul Rohman (  )
  



SUSUNAN ACARA
“ QUO VADIS INDUSTRI INDONESIA MENGHADAPI TSUNAMI NEOLIBERALISME ( ASEAN – CHINA FREE TRADE AGREEMENT )
Rabu, 17 Maret 2010



No


JAM

MATERI ACARA

FASILITATOR

1.


12.00-13.00

REGISTRASI PESERTA  


PANITIA
ALL

2.

13.00-13.30

PEMBUKAAN

Ø Menyanyikan Bersama Lagu Indonesia Raya
Ø Sambutan - sambutan
Presiden Mahasiswa ( Vicky Anggriawan )
Ketua STMI ( DR. Sadar Sukma Adnan )



Daniel Supangkat

3.

13.30-14.45

Kuliah Umum oleh Prof. Dr. Sri Edi Swasono


Vicky Anggriawan

4.


14.45–15.00

PENUTUP

Ø  Menyanyikan Bersama Lagu Padamu Negeri
Ø  Pembacaan Doa


Daniel Supangkat




Jakarta, 15 Maret 2010
No.      : 003/SU/BEM 09-10/III/2010                          
Lamp.  : TOR
Hal      : Undangan Pembicara

Kepada Yth.
Prof. DR. Sri Edi Swasono
( Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia )
Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Dengan Hormat,
Semoga bapak dalam keadaan sehat wal’afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT, Sehubungan dengan akan dilaksanakannya kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri DEPPERIN RI ( BEM STMI ) “Kuliah Umum” yang merupakan salah satu program kerja BEM STMI, Maka kami bermaksud ingin mengundang bapak untuk menjadi pembicara utama dalam kegiatan tersebut, yang akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal                :  Rabu, 17 Maret 2010
Pukul                           :  13.00 s/d 15.00 WIB
Tempat                        :  Aula STMI Lantai 7
Tema                           :  Quo vadis industri Indonesia menghadapi tsunami neoliberalisme ( Asean China Free Trade Agreement )
Peserta                         :  ± 500 orang

Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Besar harapan kami bapak berkenan hadir dan memberikan keilmuan kepada kami, Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb

Hormat Kami,
Panitia Pelaksana Kegiatan
   Ketua Pelaksana

      

 ( Daiel Supangkat )





             Mengetahui,
       Presiden Mahasiswa
STMI DEPPERIN RI



      Sekretaris

       

          ( Ayu Indah Lestari )
( (Vicky Anggriawan )



Jakarta, 15 Maret 2010
No.      : 003/SU/BEM 09-10/III/2010                           
Lamp.  : TOR
Hal      : Undangan Pembicara

Kepada Yth.
Prof. DR. Sri Edi Swasono
( Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia )
Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Dengan Hormat,
Semoga bapak dalam keadaan sehat wal’afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT, Sehubungan dengan akan dilaksanakannya kegiatan Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Industri DEPPERIN RI ( BEM STMI ) “Kuliah Umum” yang merupakan salah satu program kerja BEM STMI, Maka kami bermaksud ingin mengundang bapak untuk menjadi pembicara utama dalam kegiatan tersebut, yang akan dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal                :  Rabu, 17 Maret 2010
Pukul                           :  13.00 s/d 15.00 WIB
Tempat                        :  Aula STMI Lantai 7
Tema                           :  Quo vadis industri Indonesia menghadapi tsunami neoliberalisme ( Asean China Free Trade Agreement )
Peserta                         :  ± 500 orang

Demikian surat undangan ini kami sampaikan. Besar harapan kami bapak berkenan hadir dan memberikan keilmuan kepada kami, Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu alaikum Wr. Wb

Hormat Kami,
Panitia Pelaksana Kegiatan
        Ketua Pelaksana

      

   ( Daniel Supangkat )


     Pembantu Ketua III
  Bidang Kemahasiswaan







             Mengetahui,



Sekretaris

       

    ( Ayu Indah Lestari )

        
      Presiden Mahasiswa
     STMI DEPPERIN RI
    ( Drs. P.H Saragi )                                                                       ( Vicky Anggriawan )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar