Kamis, 20 Januari 2011

terjadinya apresiasi IDR

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
Melihat keadaan ekonomi saat ini dimana uang dipakai sebagai alat tukar menukar yang sah diseluruh dunia. Selain itu uang pun kini nilainya telah menggantikan emas yang dulu menjadi patokan nilai suatu barang.
Seiring berkembangnya zaman dimana setiap negara akan saling bergantung dengan negara lain dalam segala aspek termasuk diantaranya yaitu perdagangan.
Namun untuk melakukan perdagangan dengan negara lain dibutuhkan suatu standar mata uang yang dapat diterima oleh semua negara. Hal ini dikarena adanya perbedaan mata uang yang berlaku di setiap negara. Untuk itu maka ditetapkanlah USD sebagai standar nilai tukar mata uang/ preference currentcy.
Dalam dunia perdagangan terdapat dua aspek yang sangat penting yang dapat mempengaruhi perdagangan tersebut, yaitu supply dan demand. Tanpa adanya supply dan demand maka tidak akan terjadi sebuah transaksi dagang. Dimana supply dan demand juga dapat mempengaruhi nilai mata uang suatu negara yang dipakai dalam perdagangan.


I.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana faktor- faktor pendorong terjadinya Apresiasi suatu mata uang;
2. Bagaimana dampak dari Apresisi suatu mata uang terhadap mata uang lain;
3. Bagaimanakah peran pemerintah dalam menghadapi Apresiasi mata uang negaranya;

I.3 Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu semoga para pembaca pada umumnya dan kami khususnya sebagai penulis dapat mengetahui pengertian dasar serta teori- teori dasar mengenai apresiasi mata uang, faktor- faktor pendorong terjadinya apresiasi serta dampak- dampak yang timbul karena terjadinya apresiasi.

I.4 Manfaat Penulisan
Terdapat beberapa hal yang kami harap akan menjadi suatu manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Memberikan informasi tambahan bagi pembaca;
2. Sebagai materi pengantar dalam mempelajari Foreign Exchange Rate;
3. Memberikan pemahaman mengenai mata uang dan fluktuasinya;

I.5 Metode Pengambilan Data
Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode pengambilan data dengan study pustaka, yaitu memenfaatkan fasilitas internet dalam mencari data- data yang mendukung dan sesuai dengan materi yang akan dibahas dalam makalah ini. Selain itu, kami juga mengambil beberapa data dari buku.

I.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Perumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan
I.4 Manfaat Penulisan
I.5 Metode Pengambilan Data
I.6 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Uang
1. Definisi Uang
2. Fungsi Uang
II.2. Kurs
1. Pengertian Kurs
2. Penentuan Kurs dalam Pasar Bebas
3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kurs
II.3. Transaksi dalam Valuta Asing
II.4. Apresiasi
BAB III PEMBAHASAN
III.1. Faktor Pendorong/ penyebab terjadinya Apresiasi IDR terhadap USD
III.2. Dampak Terjadinya Apresiasi
a. Dampak Negatif terjadinya apresisi IDR terhadap USD.
b. Dampak positif terjadinya apresisi IDR terhadap USD
III.3. Kebijakan Pemerintah Menghadapi Apresiasi
III.4. Contoh Real Case Apresiasi IDR terhadap USD
BAB IV PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
IV.2. Saran
IV.3. Daftar riwayat hidup
IV.4. Daftar pustaka
-----------------------------------------------------------------------------------------------

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Uang
1. Definisi Uang
Uang yaitu benda- benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar- menukar atau perdagangan.
Yang dimaksudkan dengan kata “disetujui” dalam definisi ini adalah terdapat kata sepakat diantar anggota- anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar- menukar.
2. Fungsi Uang
a. Untuk melancarkan kegiatan tukar- menukar
b. Menjadi satuan nilai
c. Untuk ukuran bayaran yang ditunda
d. Sebagai alat penyimpan nilai

II.2. Kurs
1. Pengertian Kurs
a. Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994 : 73) adalah Harga sebuah Mata Uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya.
b. Menurut Nopirin (1996 : 163) Kurs adalah Pertukaran antara dua Mata Uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua Mata Uang tersebut.
c. Menurut Salvator (1997 : 10) Kurs atau Nilai Tukar adalah Harga suatu Mata Uang terhadap Mata Uang lainnya
Jadi, Kurs adalah harga satu unit valuta yang ditujukan atau ditukar kedalam valuta lainnya.

2. Penentuan Kurs dalam Pasar Bebas
a. Semakin tinggi harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin sedikit permintaan keatas mata uang negara tersebut;
b. Semakin rendah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin banyak permintaan keatas mata uang negara tersebut;
c. Semakin tinggi harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin banyak penawaran mata uang negara tersebut;
d. Semakin rendah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, semakin sedikit penawaran mata uang negara tersebut.



3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kurs
a. Perubahan dalam citarasa masyarakat;
b. Perubahan harga barang Ekspor dan Impor
c. Kenaikan harga umum (inflasi)
d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
e. Pertumbuhan ekonomi

II.3. Valuta Asing
a. Menurut Eng, Lees dan Mauer (1995:84), pengertian dari valuta asing (foreign exchange) adalah: “Any asset or financial claim denominated in a foreign exchange.”
b. Sedangkan menurut FASB No.52, valuta asing dapat didefinisikan sebagai: “Acurrency other than an entity’s functional currency”.
c. Pada dasarnya kedua pengertian di atas adalah sama, yang dapat disimpulkan bahwa valuta asing adalah pertukaran mata uang suatu negara terhadap negara lainnya.

II.4. Transaksi Dalam Valuta Asing.
Menurut SAK (1999:10.2), suatu transaksi dalam mata uang asing adalah: “Suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing.”
Sedangkan menurut Frederick, foreign currency transactions (transaksi mata uang asing) yaitu: “Transactions whose terms are stated in a currency other than the entity’s functional currency.”( Frederick 2002:210)
Jadi, transaksi dalam mata uang asing merupakan transaksi yang terjadi dalam mata uang yang berbeda, dan memerlukan penyelesaian juga dalam mata uang yang berbeda pula.
Standar Akuntansi Keuangan menggolongkan transaksi yang termasuk dalam transaksi mata uang asing.
a. Menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Transaksi mata uang asing termasuk transaksi yang timbul ketika suatu badan usaha:
Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan dalam suatu mata uang asing.
b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
c. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana, atau
d. Memperoleh atau melepas aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.” (Standar Akuntansi Keuangan 1999:10.2)

II.5. Apresiasi
Apresiasi adalah naiknya atau menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
PEMBAHASAN

III.1. Faktor Pendorong/ penyebab terjadinya Apresiasi IDR terhadap USD
Ada beberapa penyebab apresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Pertama, terus mengalirnya valuta asing ke Indonesia akibat sentimen positif tentang Indonesia. Ada minimal dua sentimen positif. Sentimen positif pertama adalah dinaikkannya peringkat kemampuan membayar kredit dan berinvestasi di Indonesia oleh Moody’s Investor’s Service. Moody’s melihat bahwa resiko memberikan kredit dan berinvestasi di Indonesia menurun karena beberapa hal antara lain: tetap poistifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia ketika semua negara (kecuali juga RRC dan India) mengalami pertumbuhan ekonomi negatif sebagai dampak dari krisis keuangan global yang lalu. Sentimen positif kedua adalah direvisinya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 oleh Bank Dunia.
Kedua, sebab datang dari AS sendiri. Salah satunya adalah kebijakan defisit APBN yang dilakukan oleh Presiden Barrack Obama yang meneruskan kebijakan Presiden Bush. Yang menjadi persoalan adalah defisit tersebut ditutup dengan pencetakan uang baru yang menyebabkan tingkat inflasi di AS meningkat. Bertambahnya jumlah dolar AS - sementara banyak mata uang negara-negara lain jumlahnya konstan – telah menyebabkan penurunan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah.
Ketiga, sejak krisis finansial di AS tahun 2008 dan 2009 yang sampai sekarang belum pulih benar telah menyebabkan para pencari rente atau spekulan dalam valuta asing memindahkan investasinya dari dolar AS ke mata uang lain misalnya ke Euro. Akibatnya banyak dolar AS yang dijual ke pasaran sehingga nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lain mengalami penurunan atau terdepresiasi atau nilai tukar mata uang lain terhadap dolar AS mengalami kenaikan atau terapresiasi.
Keempat, adanya tambahan pasokan Special Drawing Right (SDR) dari IMF. Sebagaimana diketahui Special Drawing Rights (SDR) adalah semacam surat berharga yang dikeluarkan oleh IMF untuk membantu negara-negara yang membutuhkan pasokan valuta asing karena berbagai sebab misal karena defisit neraca pembayaran internasionalnya SDR ini bisa diperlakukan sebagai cadangan valuta asing atau devisa. Akibat tambahan SDR dari IMF ini maka cadangan devisa Indonesia telah bertambah. Pertambahan devisa bisa diartikan sebagai tambahan pasokan dolar AS. Jika rupiah yang beredar jumlahnya tetap maka jika dolar AS bertambah jumlahnya akan mengakibatkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah turun (terdepresiasi) atau nilai tukar rupiah terhadap dolar AS naik atau terapresiasi.

III.2. Dampak Terjadinya Apresiasi
Apresiasi berdampak terhadap perdagangan suatu Negara yang dalam hal ini adalah perdagangan negara Indonesia.
Dan menurut kelompok kami terjadinya Apresiasi IDR terhadap USD memiliki beberapa dampak positif dan negative, antara lain adalah :
a. Dampak Negatif terjadinya apresisi IDR terhadap USD.
1. Ekspor Indonesia akan mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena harga barang – barang Indonesia di luar negeri akan mengalami kenaikan sehingga menyebabkan konsumen luar negeri segan untuk membeli barang – barang dari Indonesia dan menyebabkan permintaan luar negeri menurun. Akibat dari hal itu Negara akan mengalami penurunan dalam penerimaan devisanya
2. Impor mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena harga produk luar negeri yang ada di Indonesia mengalami penurunan yang menyebabkan peningkatan permintaan produk luar negeri di Indonesia mengingat gaya hidup konsumen Indonesia yang lebih menyukai produk – produk luar negeri, sehingga untuk memenuhi permintaan konsumen akan barang luar negeri yang meningkat tersebut para importir akan menambah impor barang – barang.
3. Balance of trade (neraca perdagangan) mengalami defisit, hal ini disebabkan karena lebih besranya import Negara Indonesia di banding dengan eksportnya.
4. Produksi Indonesia mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena menurunnya eksport sehingga menyebabkan para produsen dalam negeri menurunkan tingkat produksinya karena berkurangya permintaan dai luar negeri yang menyebabkan berkurangnya pasar untuk produk - produk dalam negeri yang di produksi.
5. Produksi yang menurun akan menyebabkan tenaga kerja mengalami penurunan karena produsen akan mngurangiu jumlah tenaga kerja akibat dari berkurangnya jumlah barang yang diproduksi sehingga menyebabkan pengangguran di dalam negeri meningkat.
6. Pendapatan per kapita yang menurun, hal ini disebabkan oleh meningkatnya pengangguran di dalam negeri.
7. Daya beli masyarakat mengalami penurunan, karena pendapatan per kapita masyarakat yang menurun mnyebabkan masyarakat tidak mempunyai cukup uang untuk membeli barang – barang yang ada di dalam negeri.


b. Dampak positif terjadinya apresisi IDR terhadap USD
1. Harga produk luar negeri yang ada di Indonesia akan mengalami penurunan karena dengan menguatnya nilai rupiah maka nilai dollar amerika akan mengalami penurunan.
2. Beban pembayaran cicilan dan bunga utang luar negeri baik milik pemerintah maupun swasta (perusahaan) akan berkurang.
3. menguatnya nilai tukar IDR terhadap USD juga akan membuat Indonesia lebih percaya diri untuk membuat kebijakan-kebijakan ekonomi yang tidak tergantung pada komando AS.
4. perusahaan-perusahaan yang selama ini memakai bahan baku dan mesin yang diimpor akan diuntungkan karena harga barang impor menjadi lebih murah jika terjadi apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dengan harga bahan baku yang lebih murah maka marjin keuntungannya akan lebih tinggi (jika ia tidak menurunkan harga) atau jika ia menurunkan harga maka ia akan bisa meningkatkan volume penjualannya sehingga pangsa pasarnya akan membesar. Membesarnya pangsa pasar akan memberikan berbagai keuntungan misalnya membentengi perusahaan baru yang akan masuk dan semakin luasnya pengenalan masyarakat akan produk yang dijual.
5. menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga akan memberikan semacam “surplus” dalam APBN. Dengan realisasi nilai tukar yang lebih tinggi maka akan ada tambahan pemasukan dari pajak ekspor baik migas maupun non-migas dan penerimaan bukan pajak. Sementara itu, di sisi pengeluaran akan bisa dihemat subsidi BBM dan pembayaran cicilan serta bunga utang luar negeri.

III.3. Kebijakan Pemerintah Menghadapi Apresiasi
a. Pemerintah dapat menggunakan intervensi langsung dengan membeli atau menjual valuta dalam pasar valuta asing, sehingga mempengaruhi kondisi permintaan dan penawaran, dan selanjutnya mempengaruhi nilai ekuilibrium dari valuta. Pada saat pemerintah membeli suatu valuta dalam pasar valas, pembelian tersebut menciptakan tekanan kenaikan atas nilai ekuilibrium valuta yang dimaksud. Sebaliknya ketika pemerintah menjual suatu valuta dalam pasar valuta asing, penjualan tersebut menciptakan tekanan penurunan atas nilai ekuilibrium valuta tersebut.
b. Pemerintah dapat menggunakan intervensi tidak langsung dengan mempengaruhi faktor- faktor ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar ekuilibrium.
c. Ketika intervensi pemerintah digunakan untuk melemahkan dollar US, dollar yang lemah akan merangsang perekonomian dengan mengurangi permintaan import dan meningkatkan permintaan luar negeri atas produk- produk US. Jadi, dollar US yang lemah cenderung mengurangi pengengguran, tetepi bias menaikkan inflasi.
Pada saat intervensi pemerintah digunakan untuk memperkuat dollar US, permintaan US akan produk- produk import akan meningkat dan permintaan luar negeri akan produk- produk US menurun. Dollar yang kuat bias m,engurangi inflasi tapi bias menyebabkan tingkat pengagguran meningkat.
III.4. Contoh Real Case terjadinya Apresiasi IDR terhadap USD

Penguatan Rupiah Haruskah Dikhawatirkan?
Senin, 19 Oktober 2009 | 05:14 WIB

KOMPAS/RIZA FATHONI
Oleh MIRZA ADITYASWARA
KOMPAS.com — Banyak yang terperanjat melihat kurs rupiah menguat kencang terhadap dollar Amerika Serikat dalam dua minggu terakhir, dari Rp 9.615 (per akhir September) menjadi Rp 9.330 per dollar AS (per 16 Oktober). Sejak awal tahun, apresiasi rupiah telah mencapai 17 persen. Tiga persen terjadi dalam satu bulan terakhir.

Secara garis besar, penyebab penguatan rupiah dapat dikategorikan menjadi dua faktor, yakni eksternal dan internal. Faktor eksternal, penguatan rupiah karena pelemahan dollar AS secara umum. Saat ini dollar AS tidak diminati karena fundamental ekonomi AS sedang buruk.

Dari faktor internal, penguatan rupiah didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia saat ini yang ”relatif” lebih baik dibandingkan dengan negara maju yang masih resesi.

Sejak awal Maret 2009, investasi dalam dollar AS mulai ditinggalkan investor akibat kondisi ekonomi AS yang buruk. Untuk stimulus ekonomi, defisit anggaran Pemerintah AS sudah mencapai 12 persen terhadap PDB (jauh di atas posisi aman, yakni 3 persen PDB). Rasio utang Pemerintah AS meningkat drastis ke 94 persen.

Agar ekonominya tumbuh, suku bunga bank sentral AS dipaksa tetap rendah, yaitu hanya 0,25 persen dan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS juga dipaksa relatif rendah, hanya 3,3 persen. Namun, akibatnya, bagi investor tak menguntungkan memegang dollar AS.

Indonesia telah menunjukkan diri sebagai salah satu negara yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi 2008. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan mencapai 4,3 persen dan tahun depan naik ke sekitar 5,5 persen.

Inflasi pada tahun ini diperkirakan hanya sekitar 4 persen dan tahun depan sedikit meningkat ke 6 persen. Defisit anggaran pemerintah dikelola dengan hati-hati, yaitu 2,5 persen PDB di tahun ini, dan tahun depan diturunkan ke 1,6 persen PDB. Di sisi ekspor, meskipun kinerja menurun, tahun ini neraca berjalan diperkirakan masih surplus 1 persen PDB, dan tahun depan, walaupun impor meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, neraca berjalan diperkirakan masih tetap surplus 0,2 persen PDB.

Performa positif yang ditunjukkan Indonesia di tengah krisis menarik minat investor asing. Lembaga pemeringkat Moody’s telah menaikkan peringkat kredit Indonesia dari Ba3 ke Ba2.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika dana asing mengalir deras ke Indonesia dan diperkirakan masih akan berlanjut. Memang dana yang masuk kebanyakan bersifat jangka pendek (hot money), belum dalam bentuk penanaman modal asing langsung.

Investor asing membeli aset finansial seperti saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Posisi investor asing di SUN meningkat dari Rp 87,6 triliun (di akhir 2008) menjadi Rp 99,5 triliun pada bulan Oktober. Jumlah SBI yang dibeli oleh asing sudah mencapai Rp 45 triliun.

Implikasi penguatan rupiah

Penguatan rupiah memiliki implikasi terhadap perekonomian. Sisi positif penguatan rupiah dapat dilihat melalui (1) berkurangnya tekanan inflasi, (2) potensi bisa tetap rendahnya suku bunga dalam negeri, dan (3) berkurangnya tekanan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Adapun potensi implikasi negatif dari rupiah yang terlalu kuat adalah (1) potensi anjloknya daya saing ekspor, dan (2) risiko gejolak kurs jika terjadi pembalikan.

Apresiasi rupiah sebesar 10 persen diperkirakan akan mengurangi tekanan inflasi 0,8 persen. Karena lebih dari 60 persen impor Indonesia adalah bahan baku dan barang modal, maka penguatan rupiah akan membantu mengurangi biaya produksi.

Pengurangan tekanan inflasi akibat penguatan rupiah memberikan peluang bagi Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga rendah. Penguatan rupiah juga dapat membantu APBN melalui pengurangan tekanan pembayaran bunga utang luar negeri dan biaya impor bahan bakar minyak. Utang luar negeri pemerintah berjumlah 85 miliar dollar AS. Analisis sensitivitas menunjukkan setiap penguatan Rp 100 akan mengurangi beban defisit APBN sekitar Rp 0,4 triliun.

Beban sektor swasta juga terbantu karena utang luar negeri swasta sudah berjumlah sekitar 62 miliar dollar AS, dengan banyak perusahaan swasta tersebut tidak memiliki pendapatan dollar.

Bagi sektor perbankan, penguatan rupiah juga akan mengurangi potensi kredit bermasalah kredit valuta asing. Kredit valuta asing perbankan saat ini memang tidak besar, sekitar 18 persen dari total kredit perbankan, tetapi tetap perlu dimonitor risikonya.

Sebenarnya rupiah tidak dapat dikatakan overvalued karena mata uang banyak negara juga menguat terhadap dollar AS. Nilai tukar rupiah saat ini (di sekitar Rp 9.300-Rp 9.400) adalah sama dengan periode tahun 2007.

Meski demikian, potensi overvaluasi masih terbuka bagi rupiah. Dengan menggunakan metode real effective exchange rate (REER), rupiah telah bergeser dari kondisi undervalued sebesar 13,5 persen menjadi sedikit overvalued sebesar 3 persen, tetapi belum mencapai situasi yang mencemaskan.

Satu hal kita harus ingat bahwa daya saing jangka panjang Indonesia bukan ditentukan oleh kurs mata uang, tetapi oleh ketersediaan infrastruktur, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan kualitas sumber daya manusia.

Apresiasi rupiah dapat dimanfaatkan untuk mengimpor lebih banyak barang modal untuk kebutuhan investasi. Perbaikan infrastruktur dan sektor manufaktur memerlukan alat berat dan mesin yang notabene masih banyak diimpor.

Sektor manufaktur harus dibenahi. Produk pertanian harus diolah di dalam negeri agar nilai tambahnya berguna bagi masyarakat Indonesia. Perbaikan kualitas infrastruktur dan transportasi akan meningkatkan kelancaran jalur distribusi yang selanjutnya akan membuat harga produk Indonesia menjadi lebih kompetitif.

Yang harus diwaspadai adalah risiko pembalikan arah. Untuk itu, jumlah dana investor asing di SBI saat ini sekitar Rp 45 triliun adalah potensi risiko negatif yang akan selalu kita hadapi seperti yang dialami tahun 2005 dan 2008. Semoga BI mempunyai keberanian mengatur investasi asing di SBI.
----------------------------------------------------------------------------------------------

BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Apresiasi adalah naiknya atau menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Beberapa faktor penyebab terjadinya apresiasi IDR terhadap USD yaitu, terus mengalirnya valuta asing ke Indonesia akibat sentimen positif tentang Indonesia.
Beberapa dampak dari apresiasi IDR terhadap USD yaitu, harga produk luar negeri yang ada di Indonesia akan mengalami penurunan, ekspor Indonesia akan mengalami penurunan, impor mengalami kenaikan, balance of trade (neraca perdagangan) mengalami defisit, produksi Indonesia mengalami penurunan, produksi yang menurun akan menyebabkan tenaga kerja mengalami penurunan, pendapatan per kapita yang menurun, dan daya beli masyarakat mengalami penurunan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
IV.2. Saran
1. Selain menimbang baik dan buruknya BI dan pemerintah perlu membenahi masalah-masalah yang sifatnya lebih mendasar. Pertama, bukan apresiasi atau depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang penting tetapi berapa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang wajar dan nyaman (favourable) bagi semua pihak. Ada yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang wajar dan nyaman bagi semua pihak itu berkisar antara Rp 9.000 sampai Rp 9.500,-. Jika penguatan rupiah sampai di bawah Rp 9.000,- maka rupiah sudah dinilai terlalu tinggi (overvalued).
2. Fokus dari BI dan pemerintah hendaknya tidak hanya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar, tetapi juga bagaimana mendorong sektor riil yang langsung bersinggungan dengan masyarakat banyak karena daya saing jangka panjang Indonesia bukan ditentukan oleh kurs mata uang, tetapi oleh ketersediaan infrastruktur, ketahanan energi, ketahanan pangan, dan kualitas sumber daya manusia.
Untuk itu Apresiasi rupiah dapat dimanfaatkan untuk mengimpor lebih banyak barang modal untuk kebutuhan investasi. perbaikan infrastruktur dan sektor manufaktur memerlukan alat berat dan mesin yang notabene masih banyak diimpor.
--------------------------------------------------------------------------------------------
IV.4. Daftar Pustaka
o www.google.com
o www.wikipedia.com
o http://nicafebrina.blogspot.com/2010/01/makalah-bank_01.html
o http://mybusinessblogging.com/stock-market/2007/07/25/dolar-amerika-serikat-as-kembali-terdepresiasi/
o www.asiasecurities.co.id
o www.bi.go.id
o www.jsx.co.id
o Sukirno, Sadono. Pengantar Ekonomi Makro. Grafindo persada. Jakarta: 2002.
o http://www.kompas.com/kompas-cetak/0307/20/Fokus/442682.htm
o madura, jeff. manajemen keuangan internasional jilid 1 edisi 4. erlangga. Jakarta: 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar