Minggu, 30 Januari 2011

Sistem Manajemen Mutu

Sistem Manajemen Mutu (SMM)

SMM didefinisikan oleh Juran (1993) sebagai filosofi yang bertujuan untuk mencapai
business excellence” melalui penggunaan aplikasi dari tool dan teknik sebaik
penggunaan “soft aspect’ dalam manajemen seperti motivasi dalam bekerja. Ide
utamanya adalah mutu terdiri dari 3 proses manajerial yaitu planning, control, dan
improvement.

Crosby (1986) mendefinisikan SMM sebagai cara yang sistematik dalam memastikan
bahwa aktifitas organisasi berjalan sesuai rencana. Ini merupakan konsern disiplin
manajemen dalam mencegah problem melalui penciptaan perilaku proses dan 6ssessm
yang memungkinan pencegahan.
Filosofi SMM menurutya ada 5, yaitu
1. Mutu didefisinisikan sebaga kesesuaian dengan kebutuhan
pelanggan bukan sebagai goodness atau elegance dari suatu produk.
2. Tidak ditemuai masalah pada mutu.
3. Selalu lebih murah.
4. Ukuran performa utama adalah biaya mutu.
5. Standar performa utama adalah zero defects.

Feigenbaum (1988) menggambarkan SMM dengan karakteristik sebagai berikut :
Mutu adalah proses yang sistematik dan terintegrasi yang mencakup aspek yang lebih
besar bukan hanya tanggung jawab fungsi/departemen teknik.
1. Mutu adalah tanggung jawab setiap orang dalam perusahaan bukan tanggung
jawab seseorang, sehingga mutu adalah terstruktur untuk mensuport kualitas
kerja individual dan teamwork antar departemen.
2. Perbaikan mutu harus meliputi pasar, teknik, dengan penekanan pada
pengembangan, manufaktur, dan terutama pada pelayanan.
3. Mutu harus memenuhi apa yang pembeli inginkan dan butuhkan.
4. Perbaikan mutu memerlukan aplikasi dari teknologi baru.
5. Perbaikan mutu dapat dicapai hanya melalui partisipasi semua orang.

Lima kunci sukses dalam implementasi SMM adalah :
1. Fokus pada kepuasan konsumen
2. Komitmen dari top manajemen dan pimpinan
3. Paham tentang SMM
4. Diimplementasikan secara terus menerus
5. Keterlibatan semua sdm dan perbaikan berkelanjutan
6. Pelatihan dan pendidikan.

Implementasi SMM pada UKM
Implementasi SMM masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar. Masih sangat
sedikit UKM yang mengimplementasikan SMM, padahal kenyataannya adalah
perusahaan besar memerlukan keterlibatan pemasok mereka untuk mensupport
implementasi SMM mereka. Sebagian besar pemasok adalah merupakan industri kecil
dan menengah (UKM), sehingga UKM harus proaktif dalam menghadapi kompetisi
global dan harus lebih efisien dan efektif untuk dapat survive dalam lingkungan bisnis.
Salah satu jalan menuju itu adalah dengan mengadopsi prinsip-prinsip SMM.
Implementasi SMM dapat membantu UKM untuk memanfaatkan sumberdaya mereka
secara efektif dan efisien, sehingg lebih fokus pada kebutuhan dan harapan pasar.

Implementasi pada UKM berbeda-beda tergantung dari ukuran, sumberdaya, dan
pengalaman mutu. Tetapi paling tidak ada 2 problem utama yaitu keterbatasan financial
dan sumberdaya teknik. (Lee and Oakes, 1995).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar